Selasa, 27 Oktober 2015

Membangun Bangsa dengan Membaca dan Menulis



TUGAS ILMU SOSIAL DASAR
MEMBANGUN BANGSA DENGAN MEMBACA DAN MENULIS

















 
DISUSUN OLEH :
AKMAL ZAHID
10315437
1TA07



Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Universitas Gunadarma
2015








PRAKATA


Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah tentang Membangun Bangsa dengan Membaca dan Menulis ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga saya berterima kasih pada Bapak Emilianshah Banowo selaku Dosen mata kuliah Ilmu Budaya Dasar yang telah memberikan tugas ini kepada saya.
Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai bagaimana pentingnya membagun budaya membaca dan menulis sebagai penguat berdirinya suatu bangsa. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah saya buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya sendiri maupun orang yang membacanya. Saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan saya mohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.



Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh





Depok, 15 Oktober  2015
Penyusun


Akmal Zahid








BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Bangsa Indonesia adalah bangsa yang kaya akan budaya. Banyak sekali budaya bangsa Indonesia yang telah diakui dunia, bahkan ada beberapa budaya Indonesia sempat diklaim oleh negara lain. Jika ditelusuri lebih dalam lagi mulai dari Sabang sampai Merauke pasti banyak sekali budaya yang dimiliki bangsa ini. Budaya-budaya itu tidak hanya dalam bidang seni, adat-istiadat, makanan, pakaian, atau upacara-upacara adat atau keagamaan, tapi juga kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakatnya.

Meskipun Indonesia memiliki banyak budaya daerah akan tetapi budaya membaca dan menulis di masyarakat Indonesia masih sangat minim. Apabila dibandingkan dengan negara-negara lain pasti bangsa Indonesia berada di peringkat bawah. Berbeda dengan negara Jepang dengan budaya membaca yang luar biasa sehingga tak heran jika sumber daya manusianya pun tinggi. Berbeda sekali dengan budaya membaca di Indonesia sehingga pantas saja jika sumber daya manusianya juga rendah. Tidak hanya budaya membaca yang rendah, budaya menulisnyapun demikian. Dari hampir dua ratus juta lebih penduduk di Indonesia hanya sekian prosen yang gemar menulis. Padahal jika dilihat manfaat dan keuntungan dari menulis itu sangat menjanjikan. Tidak hanya membuat menambah wawasan, tetapi juga bisa mendatangkan penghasilan.

Budaya membaca dan menulis yang rendah kian membudaya jika terus dibiarkan tanpa ada solusi maka tidak akan ada perubahan yang pada akhirnya menjadi karakter bangsa ini. Sangat memalukan jika bangsa ini selalu dipandang rendah karena budaya menyontek dan budaya membaca serta menulis yang rendah. Oleh karena itu, pengembangan karakter bangsa sangat penting demi perubahan budaya yang lebih baik yang nantinya menjadi jati diri bangsa Indonesia. Melalui konservasi bahasa dan sastra Indonesia inilah salah satu solusi yang diharapkan bisa melunturkan budaya-budaya negatif tersebut.

Dengan demikian indonesia dapat dikenal sebagai bangsa yang besar dan berbudaya. Tidak hanya dari budaya lokal yang beragam melainkan dengan tulisan-tulisan yang dapat mengenalkan indonesia kepada dunia. Karena alasan itulah saya mengangkat judul makalah Membangun Bangsa dengan Membaca dan Menulis.


1.2  Ruang Lingkup Penelitian

Makalah ini akan mencakup manfaat membaca dan menulis serta bagaimana membudayakan budaya membaca dan menulis dalam membagun bangsa yang besar sebagai cara meningkatkan kualitas sumber daya manusia.





1.3  Tujuan dan Manfaat

Tujuan Penulisan :

1)      Menyadarkan masyarakat pentingnya membaca dan menulis
2)      Membangun budaya membaca dan menulis

Manfaat           :

1)      Mengetahui manfaat  membaca dan menulis
2)      Memberikan pengetahuan tentang membangun budaya membaca dan menulis






BAB II

ISI


2.1 Landasan Teori

A.    Pengertian Membangun

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia / KBBI arti kata membangun adalah mendirikan/ membina/ bersifat memperbaiki. Contoh : mereka sedang membangun benteng/ kita harus membangun negara kesatuan kita/ kritik yang membangun sangat diharapkan

B.     Pengertian Bangsa

Istilah bangsa memiliki berbagai makna dan pengertian yang berbeda-beda. Bangsa merupakan terjemahan dari kata ”nation” (dalam bahasa Inggris). Kata nation
bermakna keturunan atau bangsa. Seiring perkembangan zaman, maka pengertian bangsa juga mengalami perkembangan. Pada awalnya bangsa hanya diartikan sekelompok orang yang dilahirkan pada tempat yang sama.

Menurut Ir. Soekarno Bangsa adalah segerombolan manusia yang besar, keras ia mempunyai keinginan bersatu, le desir d’etre ensemble (keinginan untuk hidup bersama), keras ia mempunyai character gemeinschaft (persamaan nasib/karakter), persamaan watak, tetapi yang hidup di atas satu wilayah yang nyata satu unit.

C.    Pengertian Membaca

Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta digunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang disampaikan penulis melalui media bahasa tulis. Pengertian lain dari membaca adalah suatu proses kegiatan mencocokkan huruf atau melafalkan lambang-lambang bahasa tulis.

D.    Pengertian Menulis

Menulis adalah sebuah kegiatan menuangkan pikiran, gagasan, dan perasaan seseorang yang diungkapkan dalam bahasa tulis. Dalam pengertian yang lain, menulis adalah kegiatan untuk menyatakan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulisan yang diharapkan dapat dipahami oleh pembaca dan berfungsi sebagai alat komunikasi secara tidak langsung.

E.     Pengertian Membangun Bangsa dengan Membaca dan Menulis

Membangun bangsa dengan membaca dan menulis yaitu mendirikan atau membina kumpulan manusia yang besar yang memiliki keinginan hidup bersama dengan persamaan nasib atau karakter dalam satu wilayah dengan suatu proses melafalkan bacaan untuk memperoleh pesan dan kegiatan menuangkan pikiran , gagasan dan perasaan melalui tulisan.

2.2 Manfaat Membaca dan Menulis
Membaca dan menulis memiliki segudang manfaat salah satunya adalah membentuk karakter sesorang  yang tentunya ke arah lebih baik. Seperti halnya Jepang sebagai negara yang maju yang memiliki sumber daya manusia yang tinggi yang dibuktikan dengan banyaknya masyarakat Jepang yang gemar membaca . Agar dapat menjadi negara maju layaknya negara Jepang sekiranya kita perlu membudayakan budaya membaca yang perlu ditanamakan sejak dini pada anak-anak kita. namun sebelum itu kita perlu mengetahui manfaat dari membaca dan menulis secara umum berikut sebagai upaya membangun bangsa yang berkarakter.
A.    Manfaat Menulis

Kegiatan membaca mendatangkan berbagai manfaat, antara lain:

1)      Memperoleh banyak pengalaman hidup.
2)      Memperoleh pengetahuan umum dan berbagai informasi tertentu yang sangat berguna bagi kehidupan.
3)      Mengetahui berbagai peristiwa besar dalam peradaban dan kebudayaan suatu bangsa.
4)      Dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mutakhir di dunia.
5)      Dapat mengayakan batin, memperluas cakrawala pandang dan piker, meningkatkan taraf hidup, dan budaya keluarga, masyarakat, nusa dan bangsa.
6)      Dapat memecahkan berbagai masalah kehidupan, dapat mengantarkan seseorang menjadi cerdik dan pandai.
7)      Dapat memperkaya perbedaan kata, ungkapan, istilah, dll yang sangat menunjang keterampilan menyimak, berbicara dan menulis.
8)      Mempertinggi potensialitas setiap pribadi dan mempermantap desistensi, dll. (Amir, 1996: 6)
Demikian besar manfaat yang dapat dipetik dari kegiatan membaca. Emerson, seorang filosof kenamaan yang mengharapkan setiap orang (termasuk pelajar) dapat membiasakan diri sebagai pembaca yang baik. Dengan kebiasaan itu seseorang dapat menimba berbagai pengalaman dan pengetahuan, moral, peradaban, kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi dapat sampai pada tingkat perkembangannya yang sekarang ini merupakan akibat langsung dari pembacaan buku-buku besar.
Hal di atas dipertegas lagi oleh Lin Yut'ang seorang filosof terkenal Cina yang menyatakan bahwa orang yang tidak mempunyai kebiasaan membaca yang baik, akan terpenjara dalam dunianya, baik dalam segi waktu dan ruang. Hal ini berarti ia hanya dapat mengetahui hal-hal yang terjadi pada lingkungan dekatnya dan hanya berhubungan dengan orang-orang tertentu saja. Dengan demikian semakin aktif seseorang membaca maka akan semakin tinggi pengetahuan yang didapatkan, tidak terpenjara dalam dunianya.


B.     Manfaat Menulis

Kemampuan menulis permulaan memiliki manfaat terutama pada kemampuan menulis lanjutan yang berhubungan dengan proses belajar mengajar, manfaat tersebut antara lain:

1)      Memperluas dan meningkatkan pertumbuhan kosa kata.
2)      Meningkatkan kelancaran tulis menulis dan menyusun kalimat.
3)      Sebuah karangan pada hakikatnya berhubungan bahasa dan kehidupan.
4)      Kegiatan tulis menulis meningkatkan kemampuan untuk pengaturan dan pengorganisasian.
5)      Mendorong calon penulis terbiasa mengembangkan suatu gaya penulisan pribadi dan terbiasa mencari pengorganisasian yang sesuai dengan gagasannya sendiri.
Menurut Sabarti dkk, 1988:2 manfaat menulis ada delapan, diantaraya:
1)      Mengetahui kemampuan dan potensi diri serta pengetahuan kita tentang topik yang dipilihnya. Dengan mengembangkan topik itu kita terpaksa berpikir, menggali pengetahuan dan pengalaman yang tersimpan dibawah sadar.
2)      Dengan mengembangkan berbagai gagasan kita terpaksa bernalar, menghubung-hubungkan serta membandingkan fakta-fakta yang mungkin tidak pernah kita lakukan kalau kita tidak menulis.
3)      Lebih banyak menyerap, mencari, serta menguasai informasi sehubungan dengan topik yag ditulis. Dengan demikian, kegiatan menulis memperluas wawasan baik secara teoritis maupun mengenai fakta-fakta yang berhubungan.
4)      Menulis berarti mengorganisasi gagasan secara sistematik serta mengungkapkan secara tersurat. Dengan demikian, permasalahan yang pemula masih samar menjadi lebih jelas.
5)      Melalui tulisan kita dapat menjadi peninjau dan penilai gagasan kita secara objektif.
6)      Lebih mudah memecahkan masalah dengan menganalisisnya secara tersurat dalam konteks yang lebih konkret.
7)      Dengan menulis kita aktif berpikir sehingga kita dapat menjadi penemu sekaligus pemecah masalah, bukan sekedar penyadap informasi.
8)      Kegiatan menulis yang terencana akan membiasakan kita berpikir dan berbahasa secara tertib.

2.3 Cara Membangun Budaya Membaca dan Menulis

A. Membangun Budaya Membaca dan Menulis
Budaya membaca dan budaya menulis yang tinggi merupakan ciri sebuah negara yang maju. Sementara di bangsa Indonesia, budaya membaca dan budaya menulis masih jauh dari apa yang diharapkan bahkan masih tergolong sangat rendah. Budaya lisan dan budaya dengar masih sangat kental menjadi bagian dari keseharian masyarakat bangsa ini. Untuk merubah budaya lisan dan budaya dengar di negeri ini haruslah dilakukan bersama dan dimulai dari nol, yaitu mulai dari diri sendiri.
Membaca dan menulis merupakan bagian dari empat keterampilan berbahasa selain menyimak dan berbicara. Di dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia, siswa dituntut  untuk dapat menguasai keempat aspek tersebut. Kurikulum yang menjadi dasar dan acuan dalam pembelajaran pun mendesain siswa agar mampu dan menguasai keempat aspek keterampilan berbahasa tersebut.
Dalam pembelajaran dikelas sering dijumpai bacaan-bacaan panjang yang harus dibaca siswa. Hal ini tentu saja untuk melatih siswa agar mau dan suka membaca, tapi pada kenyataannya siswa justru enggan membaca karena siswa sudah merasa jenuh melihat bacaan yang begitu panjang. Pada kasus ini peran guru sangat vital, yaitu harus bisa mengarahkan siswa agar mau membaca. Guru dikatakan berhasil jika siswa benar-benar mau membaca dan dapat memahami isi bacaan tersebut. Ini bukan hal yang mudah, tapi sebagai guru hendaknya mempunyai strategi yang jitu untuk mengatasi kasus ini.
Melihat lebih jauh mengapa siswa atau anak-anak di negeri ini enggan membaca, yaitu karena pendidikan keluarga yang kurang maksimal dalam mengajarkan anak agar mau membaca di rumah. Hal ini tentu saja dipengaruhi banyak faktor, baik ekonomi, pendidikan, status sosial maupun lingkungan keluarganya. Seharusnya bagi para orangtua menerapkan kebiasaan membaca sedini mungkin pada anak-anak mereka, misalnya melalui buku-buku cerita atau dongeng bahkan komik sekalipun. Selain guru, peran orangtua di sini juga sangat vital yaitu harus mampu mengajarkan dan menumbuhkan rasa gemar membaca pada anak-anak mereka.
Bunanta menganjurkan, sedari kecil, anak-anak perlu didekatkan pada bacaan. Penelitian Bloom mengungkapkan, saat berusia empat tahun, anak berada dalam periode suka meniru perbuatan orang tuanya tanpa terkecuali. Jadi dapat diharapkan, jika orang tua suka membaca, anak juga akan melakukan hal yang sama. Sebagai contoh, jika sejak kecil anak sudah dibiasakan dengan bacaan (sastra), mereka akan didekatkan dengan kehidupan manusia (Bunanta 2004: 85).
Dengan membaca karya sastra seperti cerpen, puisi, dll., mereka akan belajar banyak hal dan memuliakan perasaan (Kartono 2001:116). Dengan kebiasaan anak gemar membaca maka dalam proses pembelajaran akan lebih maksimal. Siswa atau anak yang gemar membaca pola pikir dan wawasan mereka pasti berbeda dengan siswa yang enggan membaca. Pepatah bahwa membaca adalah jendela dunia tampaknya memang benar adanya. Oleh karena itu, kebiasaan gemar membaca harus dipupuk sedini mungkin mulai dari lingkungan keluarga agar di dalam diri anak tertanam rasa gemar membaca. Rasa gemar membaca itulah yang harus dibudidayakan agar tercipta budaya membaca di negeri ini.
Selain budaya membaca, budaya menulis juga sangat penting. Hal ini karena budaya membaca merupakan modal yang sangat penting dalam menulis. Jordan E. Ayan menjelaskan bahwa membaca dapat memicu kreativitas. Buku mengajak kita membayangkan dunia beserta isinya, lengkap dengan segala kejadian, lokasi, dan karakter. Bayangan yang terkumpul dalam tiap buku yang melekat dalam pikiran, membangun sebuah bentang ide dan perasaan yang menjadi dasar dari ide kreatif (Hernowo 2003:37).
Padahal salah satu faktor yang mendorong agar anak mempunyai minat menulis ialah kebiasaan membacanya. Jadi, budaya membaca mempunyai peran penting dalam budaya menulis. Dengan kata lain membaca dan menulis seperti dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Oleh karena itu, untuk bisa menulis maka harus banyak membaca dan inilah timbal balik antara menulis dan membaca. Kita menulis untuk di baca dan kita membaca untuk dapat menulis dengan baik.

B. Menumbuhkan Rasa Percaya Diri Siswa
Percaya diri adalah sebuah kekuatan yang luar biasa. Dia laksana reaktor yang membangkitkan segala energi yang ada pada diri untuk mencapai sukses. Akan tetapi, untuk meningkatkan rasa percaya diri pada anak atau siswa tidaklah semudah membalikan telapak tangan. Bisa jadi karena metode yang digunakan oleh orang tua kurang sesuai maka rasa percaya diri anak justru semakin lama semakin pudar. Maka peran orang tua dalam usaha meningkatkan rasa percaya diri pada anak sangat diharapkan. Rasa percaya diri pada anak akan berguna sepanjang hidupnya. Itulah di antara hal yang akan dapat menguatkan motivasi pada seseorang untuk tetap survive dalam kondisi yang berat. Ketika problematika sosial semakin kompleks maka rasa percaya diri akan semakin memegang perannya yang penting.
Berkaitan dengan budaya membaca dan menulis, permasalahan yang sering dijumpai pada anak-anak atau siswa adalah rasa percaya diri yang kurang. Hal ini tentu saja berpengaruh terhadap proses pembelajaran di kelas. Fenomena ini sangat jelas terlihat pada saat ujian baik itu ujian sekolah maupun ujian akhir nasional. Oleh karena siswa tidak mempunyai rasa percaya diri yang kuat dan tidak yakin dengan kemampuan dirinya, maka mereka cenderung menyontek pada teman yang dinilai bisa atau pintar. Kebiasaan menyontek ini tidak hanya pada saat ujian saja, tapi pada saat mengerjakan tugas atau PR yang diberikan oleh guru. Kebiasaan inilah yang kemudian membudaya dan menjadi budaya, yaitu budaya menyontek.
Selain itu, jika ada siswa yang gemar membaca justru kadang diolok oleh teman-temannya sendiri dengan mengatakan “Hay kutu buku!”atau “Si Culun!”atau “Si kaca mata kuda!” atau dengan julukan lain yang pada intinya merendahkan atau mengejek. Memang hal ini sangat ironis, gemar membaca adalah hal yang sangat positif, tapi di sisi lain kegemaran itu menjadi sebuah ejekkan yang pada akhirnya menimbulkan rasa kurang percaya diri. Rasa percaya diri ini juga terlihat pada siswa yang gemar menulis baik itu karangan, puisi, atau cerpen yang tidak mau mempublikasikannya dengan alasan malu atau tidak percaya diri.
Berdasarkan contoh di atas dapat disimpulkan bahwa rasa percaya diri siswa masih sangat kurang. Padahal rasa percaya diri ini sangat penting untuk perkembangan mental dan fisiknya karena rasa percaya diri akan berguna selama hidupnya. Siswa yang percaya diri cenderung akan lebih mampu dari pada siswa yang selalu minder baik dalam proses pembelajaran maupun dalam pergaulan di sekolah.
Penelitian membuktikan bahwa kesuksesan anak di masa depan baik itu di sekolah ataupun karirnya terjadi karena dia percaya akan kemampuannya. Unsur ini lebih besar mempengaruhi dari pada kecerdasan, penghasilan keluarga, bahkan latar belakang budaya. Maksud dari percaya diri bukan berarti sombong dan orang lain tak ada apa-apanya, arti sebenarnya adalah bagaimana siswa bisa menghargai diri siswa sendiri dan kemampuan yang dimiliki.
Jika menengok lebih dalam, kiranya lengkap sudah citra buruk dunia pendidikan di negeri ini dengan budaya membaca dan menulis yang rendah ditambah lagi dengan budaya menyontek yang luar biasa maraknya serta rasa percaya diri siswa yang memperihatinkan. Oleh karena itu, rasa percaya diri siswa harus ditumbuhkan sedini mungkin agar menjadi siswa yang optimis. Berikut beberapa cara untuk menumbuhkan rasa percaya diri siswa.
1)      Mulai dari diri sendiri.
Jadilah orangtua yang optimis dan jangan banyak mengeluh. Orangtua yang percaya diri tercermin dari perkataan dan perbuatannya, segala sesuatu yang terjadi pasti selalu ada hikmahnya.
2)        Abaikan Hal Kecil
Jangan membebani diri dengan hal-hal kecil yang tidak ada gunanya. Setiap anak pasti akan melakukan kesalahan, tapi bila selama itu bisa ditolerir dan diperbaiki terima saja kesalahan tersebut. Dari sebuah kesalahan sang anak akan banyak belajar. Biarkan anak menyelesaikan masalahnya dengan cara dia sendiri, bila diminta pendapat barulah orangtua menanggapi dengan bijak dan tak menghakimi.
3)      Berpikir Positif
Melihat segala sesuatu dari sudut pandang yang positif. Jangan membiasakan diri terbakar emosi, tapi berusaha lah untuk senyum dan belajar sedikit untuk melupakan dan akhirnya merasa lega.
4)      Memberikan Pujian
Berilah pujian pada anak bila ia sudah melakukan hal yang baik, mendapat prestasi, hargai hal-hal kecil yang sudah diraihnya. Dengan memberikan pujian anak akan menjadi semangat untuk bisa melakukannya lagi. Tak masalah memuji selama tak berlebihan karena ini bagus untuk perkembangannya.


5)       Setiap Orang Berbeda
Jangan pernah mencoba untuk membandingkan antara anak yang satu dengan yang lain sekalipun bersaudara atau kembar sekalipun. Setiap anak mempunyai karakter yang berbeda dan spesial. Dibandingkan dengan anak lain akan membuat mereka menjadi kecil hati dan sensitif.
6)      Berikan Kesempatan untuk Memutuskan
Membiasakan anak untuk berani berpendapat, berdebat, mempertahankan prinsip memberikan kesempatan anak untuk mengambil keputusan, dan melibatkan anak dalam pemecahan masalah. Tentu koreksi dari orangtua tetap diperlukan.
7)       Bebas Berekspresi

Terbiasa berpendapat bisa menumbuhkan anak untuk bebas berekspresi. Misalnya, jangan pernah melarang anak untuk menangis karena dia anak laki-laki atau tertawa lepas karena dia anak perempuan. Menghardik bukan solusi yang tepat untuk menghentikan luapan emosi anak. Biarkan anak untuk menunjukkan ungkapan-ungkapan emosinya menurut caranya, justru cara ini bisa menumbuhkan rasa percaya diri anak.
Melalui ketujuh tips di atas diharapkan rasa percaya diri siswa dapat tumbuh. Peran orangtua, guru, dan lingkungan sangat mempengaruhi perkembangan dan rasa percaya diri siswa. Oleh karena itu, baik orangtua maupun guru harus benar-benar memperhatikan perkembangan anak agar anak mempunyai sikap dan rasa percaya diri yang kuat sehingga lebih berkarakter.

C.    Pendidikan Karakter Bangsa

Pendidikan karakter, sekarang ini mutlak diperlukan bukan hanya di sekolah saja, tapi di rumah dan di lingkungan sosial. Bahkan sekarang ini peserta pendidikan karakter bukan lagi anak usia dini hingga remaja, tetapi juga usia dewasa. Pendidikan karakter sangat mutlak dibutuhkan untuk kelangsungan hidup bangsa ini. Bagaimanapun juga, karakter adalah kunci keberhasilan individu.

Dari sebuah penelitian di Amerika, 90 persen kasus pemecatan disebabkan oleh perilaku buruk seperti tidak bertanggung jawab, tidak jujur, dan hubungan interpersonal yang buruk. Selain itu, terdapat penelitian lain yang mengindikasikan bahwa 80 persen keberhasilan seseorang di masyarakat ditentukan oleh emotional quotient. Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.
Bagi bangsa Indonesia sekarang ini, pendidikan karakter juga berarti melakukan usaha sungguh-sungguh, sistematik dan berkelanjutan untuk membangkitkan dan menguatkan kesadaran serta keyakinan semua orang Indonesia bahwa tidak akan ada masa depan yang lebih baik tanpa membangun dan menguatkan karakter masyarakat Indonesia. Dengan kata lain, tidak ada masa depan yang lebih baik yang bisa diwujudkan tanpa kejujuran, tanpa meningkatkan disiplin diri, tanpa kegigihan, tanpa semangat belajar yang tinggi, tanpa mengembangkan rasa tanggung jawab, tanpa memupuk persatuan di tengah-tengah kebinekaan, tanpa semangat berkontribusi bagi kemajuan bersama, serta tanpa rasa percaya diri dan optimisme. Inilah tantangan bangsa Indonesia untuk membentuk karakter generasi-generasi muda yang kelak menjadi penerus bangsa.

Roosevelt mengatakan “To educate a person in mind and not in morals is to educate a menace to society” yang artinya mendidik seseorang dalam aspek kecerdasan otak dan bukan aspek moral adalah ancaman mara-bahaya kepada masyarakat. Maksudnya adalah jika dalam pendidikan hanya mengajarkan ilmu pengetahuan untuk kecerdasan otak tanpa diimbangi dengan pendidikan moral adalah sebuah bencana besar karena siswa akan menggunakan kecerdasannya dalam hal apapun baik itu hal baik maupun hal buruk. Jika siswa tidak mampu mengendalikan diri dengan kecerdasan yang dimilikinya dan tidak mempunyai pondasi yang kuat maka siswa itu akan semena-mena dan semaunya sendiri. Oleh karena itu, pendidikan karakter bertujuan untuk memberikan pondasi moral terhadap siswa sebagai bekal dalam menghadapi tantangan zaman.

Berbicara pendidikan karakter memang sangat rumit. Jika watak orang sudah terbentuk maka sekeras apapun usaha untuk merubah watak orang tersebut sangat sulit. Hal inilah yang menjadi dasar bahwa pendidikan karakter harus dilakukan sedini mungkin agar sifat atau watak yang tidak baik dapat segera diluruskan, sehingga dapat terbentuk karakter yang kuat dari anak.

Jika semua anak dan masyarakat di Indonesia berkarakter kuat maka bangsa ini akan menjadi bangsa yang maju dan besar. Tidak akan terjadi masalah kecurangan, kebohongan, korupsi, atau kriminal jika masyarakatnya memegang teguh prinsip dan dilandasi dengan karakter yang kuat. Jadi, pendidikan untuk pembentukan karakter bangsa harus benar-benar diupayakan demi terciptanya generasi penerus bangsa yang berkarakter. Itulah pentingnya pendidikan karakter bangsa baik dalam dunia pendidikan, sosial, pemerintahan, bahkan di lingkup keluarga sekalipun.


D.    Konservasi Bahasa dan Sastra Indonesia

Konservasi itu sendiri berasal dari kata Conservation yang terdiri atas kata con (togeth er) dan servare (keep/save) yang memiliki pengertian mengenai upaya memelihara apa yang kita punyai (keep/save what you have), namun secara bijaksana (wise use). Ide ini dikemukakan oleh Roosevelt (1902) yang merupakan orang Amerika pertama yang mengemukakan tentang konsep konservasi. Konservasi dalam pengertian sekarang, sering diterjemahkan sebagai the wise use of nature resource (pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana).

Berawal dari Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928, bahasa Indonesia mempunyai fungsi majemuk, menjadi bahasa persatuan, bahasa negara, bahasa penghubung antar individu, bahasa pergaulan, dan yang tak kalah penting sebagai bahasa pengantar di semua sekolah di Indonesia.

 Bangsa Indonesia dilatarbelakangi oleh berates-ratus suku bangsa yang masing-masing mempunyai bahasa daerah yang menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua. Walaupun masih banyak orang menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua, sekarang makin banyak menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama. Oleh karena itu, pemerintah menetapkan bahwa bahasa Indonesia sesuai dengan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional merupakan mata ajaran wajib bagi seluruh peserta didik di semua jalur dan jenjang pendidikan formal (Rahayu 2007:xii).

Jadi, bahasa Indonesia mempunyai peranan sangat penting baik sebagai alat komunikasi dan bahasa nasional juga merupakan identitas dan jati diri bangsa. Oleh karena itulah, mata pelajaran bahasa Indonesia wajib diajarkan di semua jalur dan jenjang pendidikan. Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu, yaitu salah satu bahasa daerah di Indonesia.

Di dalam dunia pendidikan selain siswa wajib mempelajari bahasa Indonesia, siswa juga mempelajari sastra Indonesia yang merupakan warisan leluhur bangsa. Hal ini dimaksudkan agar siswa dapat mengenali budaya-budaya bangsa baik dalam bahasa maupun sastra yang merupakan warisan kekayaan bangsa Indonesia agar tetap terjaga kelestariannya. Mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia diajarkan mulai dari tingkat terendah (TK) sampai diperguruan tinggi. Bahkan bahasa Indonesia termasuk dalam Mata kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK) bersama-sama dengan Pendidikan Agama dan Pendidikan Kewarganegaraan.

Kembali ke konservasi, maka konservasi bahasa dan sastra Indonesia merupakan suatu usaha untuk melestarikan kebudayaan baik dalam aspek bahasa maupun sastra Indonesia. Berkaitan dengan budaya membaca dan menulis, konservasi bahasa dan sastra Indonesia juga memegang peranan penting. Peranan penting inilah yang menjadikan mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia wajib dipelajari oleh semua jenjang pendidikan. Budaya membaca dapat ditumbuhkan melalui pelajaran bahasa dan sastra Indonesia, begitu juga dalam menumbuhkan budaya menulis siswa.

Selain sebagai pendukung budaya, bahasa dan sastra Indonesia juga merupakan ajang kreativitas siswa baik dalam bidang bahasa atau sastra. Misalnya, siswa yang berbakat menulis kemampuan menulisnya dapat lebih digali melalui pembelajaran menulis. Begitu juga dengan siswa yang berbakat di bidang lain seperti berbicara dan kemampuan berbahasa lainnya atau juga dalam kemampuan bersastra. Jadi, selain sebagai ajang kreativitas pelajaran bahasa dan sastra Indonesia juga merupakan pelajaran pengembangan kepribadian. Dengan kata lain, pelajaran bahasa dan sastra Indonesia berperan sangat penting dalam melestarikan budaya serta dalam pendidikan karakter bangsa.






BAB III
PENUTUP

3.1  Simpulan

Dari hasil apa yang telah dibahas dalam pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.

1)      Untuk membangun bangsa yang gemar membaca dan menulis harus diberikan pengertian terlebih dahulu manfaat membaca dan menulis secara umum. Agar masyarakat mengetahui seberapa pentingnya membaca dan menulis dalam membentuk individu yang berkarakter.

2)      Dalam upaya menciptakan budaya membaca dan menulis di masyarakat haruslah dimulai sedini mungkin. Tidak hanya itu, kita perlu memperhatikan aspek-aspek penting lainnya seperti menumbuhkan kepercayaan diri terhadap anak, membuat pendidikan berkarakter khusunya dalam membaca dan menulis, dan melakukan konservasi bahasa dan sastra indonesia yang menjadi media utama dalam tulisan-tulisan.


3.2  Saran

1)      Semoga dengan adanya makalah ini kita menjadi lebih sadar akan petingnya membaca dan menulis dalam membangun bangsa maju. Serta minat membaca dan menulis masyarakat semakin tinggi.

2)       Kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan demi kesempurnaan penulisan makalah di kemudian hari.






DAFTAR PUSTAKA

Hengki Krtistian Toateng.Cara Membuat Makalah yang Baik dan Benar. Belajar Menjadi Blogger. 21 Maret 2015 [dikutip 14 Oktober 2015]. Tersedia dari : http://hengkikristiantoateng.blogspot.com/2014/02/cara-membuat-makalah-yang-baik-dan-benar.html
Skipnesia. Contoh Kata Pengantar Makalah yang Baik Terbaru . [dikutip 14 Oktober 2015] Tersedia dari : http://www.skipnesia.com/2014/10/contoh-kata-pengantar-makalah-yang-baik.html
Arti Kata. Definisi membangun. Arti kata. [dikutip 14 Oktober 2015] Tesedia di : http://artikata.com/arti-358998-membangun.html
Zona Siswa. Pengertuan Bangsa. Zona Siswa. 1 Juli 2014. [dikutip 14 Oktober 2015]. Tersedia dari : http://www.zonasiswa.com/2014/07/pengertian-bangsa.html
Kajian Pustaka. Pengertian dan Hakikat Membaca. 15 Januari 2014 [ dikutip 14 Oktober 2015]. Tersedia dari : http://www.kajianpustaka.com/2014/01/pengertian-dan-hakikat-membaca.html
Pengertian Ahli. Pengertian Menulis dan Tujuan Menulis. Kumpula Pengertian Menurut Para Ahli. [ dikutip 14 Oktober 2015] Tersedia dari : http://www.pengertianahli.com/2014/01/pengertian-menulis-dan-tujuan-menulis.html
Bunda Kasih. Membaca untuk Menulis. 5 April 2014 [dikutip 14 Oktober 2015]. Tersedia dari : http://bundakasih78.blogspot.co.id/2014/04/membaca-untuk-menulis.html
Meilan Arsanti. Membangun Budaya Membaca dan Menulis. 16 Desember 2011 [dikutip 14 Oktober 2015]. Tersedia dari : http://meylanarzhanty.blogspot.co.id/2011/12/membangun-budaya-membaca-dan-menulis.html
Mobelos. Contoh kesimpulan dan Saran Pada Makalah dan Laporan. Contoh Artikel Terbaru. 10 Mei 2015 [ dikutip 14 Oktober 2015]. Tersedia dari : http://mobelos.blogspot.co.id/2014/12/contoh-kesimpulan-dan-saran-pada.html
Lentera Kecil. Penulisan Daftar Pustaka dari Internet. Lentera informasi pendidikan dan pengetahuan Indonesia. 1 November 2013. [dikutip 14 Oktober 2015]. Tersedia dari : http://lenterakecil.com/penulisan-daftar-pustaka-dari-internet/


Tidak ada komentar:

Posting Komentar