TUGAS ILMU SOSIAL DASAR
MEMBANGUN BANGSA DENGAN MEMBACA DAN MENULIS
DISUSUN OLEH :
AKMAL ZAHID
10315437
1TA07
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Universitas Gunadarma
2015
PRAKATA
Assalamualaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji
syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah tentang Membangun
Bangsa dengan Membaca dan Menulis ini dengan baik meskipun banyak kekurangan
didalamnya. Dan juga saya berterima kasih pada Bapak Emilianshah Banowo selaku
Dosen mata kuliah Ilmu Budaya Dasar yang telah memberikan tugas ini kepada saya.
Saya
sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai bagaimana pentingnya membagun budaya membaca dan
menulis sebagai penguat berdirinya suatu bangsa. Saya juga menyadari sepenuhnya
bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna.
Oleh sebab itu, saya berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan
makalah yang telah saya buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga
makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya sendiri maupun orang
yang membacanya. Saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan saya mohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan
di masa depan.
Waalaikumsalam
warahmatullahi wabarakatuh
Depok, 15 Oktober
2015
Penyusun
Akmal Zahid
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bangsa Indonesia
adalah bangsa yang kaya akan budaya. Banyak sekali budaya bangsa Indonesia yang
telah diakui dunia, bahkan ada beberapa budaya Indonesia sempat diklaim oleh
negara lain. Jika ditelusuri lebih dalam lagi mulai dari Sabang sampai Merauke
pasti banyak sekali budaya yang dimiliki bangsa ini. Budaya-budaya itu tidak
hanya dalam bidang seni, adat-istiadat, makanan, pakaian, atau upacara-upacara
adat atau keagamaan, tapi juga kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh
masyarakatnya.
Meskipun Indonesia
memiliki banyak budaya daerah akan tetapi budaya membaca dan menulis di
masyarakat Indonesia masih sangat minim. Apabila dibandingkan dengan
negara-negara lain pasti bangsa Indonesia berada di peringkat bawah. Berbeda
dengan negara Jepang dengan budaya membaca yang luar biasa sehingga tak heran
jika sumber daya manusianya pun tinggi. Berbeda sekali dengan budaya membaca di
Indonesia sehingga pantas saja jika sumber daya manusianya juga rendah. Tidak
hanya budaya membaca yang rendah, budaya menulisnyapun demikian. Dari hampir
dua ratus juta lebih penduduk di Indonesia hanya sekian prosen yang gemar
menulis. Padahal jika dilihat manfaat dan keuntungan dari menulis itu sangat
menjanjikan. Tidak hanya membuat menambah wawasan, tetapi juga bisa
mendatangkan penghasilan.
Budaya membaca
dan menulis yang rendah kian membudaya jika terus dibiarkan tanpa ada solusi
maka tidak akan ada perubahan yang pada akhirnya menjadi karakter bangsa ini.
Sangat memalukan jika bangsa ini selalu dipandang rendah karena budaya menyontek
dan budaya membaca serta menulis yang rendah. Oleh karena itu, pengembangan
karakter bangsa sangat penting demi perubahan budaya yang lebih baik yang
nantinya menjadi jati diri bangsa Indonesia. Melalui konservasi bahasa dan
sastra Indonesia inilah salah satu solusi yang diharapkan bisa melunturkan
budaya-budaya negatif tersebut.
Dengan demikian
indonesia dapat dikenal sebagai bangsa yang besar dan berbudaya. Tidak hanya
dari budaya lokal yang beragam melainkan dengan tulisan-tulisan yang dapat mengenalkan
indonesia kepada dunia. Karena alasan itulah saya mengangkat judul makalah
Membangun Bangsa dengan Membaca dan Menulis.
1.2 Ruang Lingkup Penelitian
Makalah ini akan
mencakup manfaat membaca dan menulis serta bagaimana membudayakan budaya
membaca dan menulis dalam membagun bangsa yang besar sebagai cara meningkatkan
kualitas sumber daya manusia.
1.3 Tujuan dan Manfaat
Tujuan Penulisan
:
1)
Menyadarkan
masyarakat pentingnya membaca dan menulis
2)
Membangun
budaya membaca dan menulis
Manfaat :
1)
Mengetahui
manfaat membaca dan menulis
2)
Memberikan
pengetahuan tentang membangun budaya membaca dan menulis
BAB II
ISI
2.1
Landasan Teori
A. Pengertian Membangun
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia / KBBI arti kata membangun adalah mendirikan/
membina/ bersifat memperbaiki. Contoh : mereka sedang membangun benteng/ kita
harus membangun negara kesatuan kita/ kritik yang membangun sangat diharapkan
B. Pengertian Bangsa
Istilah
bangsa memiliki berbagai makna dan pengertian yang berbeda-beda. Bangsa
merupakan terjemahan dari kata ”nation” (dalam bahasa Inggris). Kata
nation
bermakna
keturunan atau bangsa. Seiring perkembangan zaman, maka pengertian bangsa juga
mengalami perkembangan. Pada awalnya bangsa hanya diartikan sekelompok orang
yang dilahirkan pada tempat yang sama.
Menurut
Ir. Soekarno Bangsa adalah segerombolan manusia yang besar, keras ia mempunyai
keinginan bersatu, le desir d’etre ensemble (keinginan untuk hidup
bersama), keras ia mempunyai character gemeinschaft (persamaan
nasib/karakter), persamaan watak, tetapi yang hidup di atas satu wilayah yang
nyata satu unit.
C. Pengertian Membaca
Membaca
adalah suatu proses yang dilakukan serta digunakan oleh pembaca untuk memperoleh
pesan yang disampaikan penulis melalui media bahasa tulis. Pengertian lain dari
membaca adalah suatu proses kegiatan mencocokkan huruf atau melafalkan
lambang-lambang bahasa tulis.
D. Pengertian Menulis
Menulis
adalah sebuah kegiatan menuangkan pikiran, gagasan, dan perasaan seseorang yang
diungkapkan dalam bahasa tulis. Dalam pengertian yang lain, menulis adalah
kegiatan untuk menyatakan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulisan yang
diharapkan dapat dipahami oleh pembaca dan berfungsi sebagai alat komunikasi
secara tidak langsung.
E. Pengertian Membangun Bangsa dengan Membaca dan
Menulis
Membangun
bangsa dengan membaca dan menulis yaitu mendirikan atau membina kumpulan
manusia yang besar yang memiliki keinginan hidup bersama dengan persamaan nasib
atau karakter dalam satu wilayah dengan suatu proses melafalkan bacaan untuk
memperoleh pesan dan kegiatan menuangkan pikiran , gagasan dan perasaan melalui
tulisan.
2.2 Manfaat Membaca dan Menulis
Membaca
dan menulis memiliki segudang manfaat salah satunya adalah membentuk karakter
sesorang yang tentunya ke arah lebih
baik. Seperti halnya Jepang sebagai negara yang maju yang memiliki sumber daya
manusia yang tinggi yang dibuktikan dengan banyaknya masyarakat Jepang yang
gemar membaca . Agar dapat menjadi negara maju layaknya negara Jepang sekiranya
kita perlu membudayakan budaya membaca yang perlu ditanamakan sejak dini pada
anak-anak kita. namun sebelum itu kita perlu mengetahui manfaat dari membaca
dan menulis secara umum berikut sebagai upaya membangun bangsa yang
berkarakter.
A.
Manfaat Menulis
Kegiatan membaca mendatangkan berbagai
manfaat, antara lain:
1)
Memperoleh
banyak pengalaman hidup.
2)
Memperoleh
pengetahuan umum dan berbagai informasi tertentu yang sangat berguna bagi
kehidupan.
3)
Mengetahui
berbagai peristiwa besar dalam peradaban dan kebudayaan suatu bangsa.
4)
Dapat
mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mutakhir di dunia.
5)
Dapat
mengayakan batin, memperluas cakrawala pandang dan piker, meningkatkan taraf
hidup, dan budaya keluarga, masyarakat, nusa dan bangsa.
6)
Dapat
memecahkan berbagai masalah kehidupan, dapat mengantarkan seseorang menjadi
cerdik dan pandai.
7)
Dapat
memperkaya perbedaan kata, ungkapan, istilah, dll yang sangat menunjang
keterampilan menyimak, berbicara dan menulis.
8)
Mempertinggi
potensialitas setiap pribadi dan mempermantap desistensi, dll. (Amir, 1996: 6)
Demikian
besar manfaat yang dapat dipetik dari kegiatan membaca. Emerson, seorang
filosof kenamaan yang mengharapkan setiap orang (termasuk pelajar) dapat
membiasakan diri sebagai pembaca yang baik. Dengan kebiasaan itu seseorang
dapat menimba berbagai pengalaman dan pengetahuan, moral, peradaban,
kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi dapat sampai pada tingkat
perkembangannya yang sekarang ini merupakan akibat langsung dari pembacaan
buku-buku besar.
Hal
di atas dipertegas lagi oleh Lin Yut'ang seorang filosof terkenal Cina yang
menyatakan bahwa orang yang tidak mempunyai kebiasaan membaca yang baik, akan
terpenjara dalam dunianya, baik dalam segi waktu dan ruang. Hal ini berarti ia
hanya dapat mengetahui hal-hal yang terjadi pada lingkungan dekatnya dan hanya
berhubungan dengan orang-orang tertentu saja. Dengan demikian semakin aktif
seseorang membaca maka akan semakin tinggi pengetahuan yang didapatkan, tidak
terpenjara dalam dunianya.
B.
Manfaat Menulis
Kemampuan menulis permulaan memiliki manfaat terutama pada
kemampuan menulis lanjutan yang berhubungan dengan proses belajar mengajar,
manfaat tersebut antara lain:
1)
Memperluas dan meningkatkan
pertumbuhan kosa kata.
2)
Meningkatkan kelancaran tulis
menulis dan menyusun kalimat.
3)
Sebuah karangan pada hakikatnya
berhubungan bahasa dan kehidupan.
4)
Kegiatan tulis menulis meningkatkan
kemampuan untuk pengaturan dan pengorganisasian.
5)
Mendorong calon penulis terbiasa
mengembangkan suatu gaya penulisan pribadi dan terbiasa mencari
pengorganisasian yang sesuai dengan gagasannya sendiri.
Menurut Sabarti dkk, 1988:2 manfaat menulis ada delapan, diantaraya:
1)
Mengetahui kemampuan dan potensi
diri serta pengetahuan kita tentang topik yang dipilihnya. Dengan mengembangkan
topik itu kita terpaksa berpikir, menggali pengetahuan dan pengalaman yang
tersimpan dibawah sadar.
2)
Dengan mengembangkan berbagai
gagasan kita terpaksa bernalar, menghubung-hubungkan serta membandingkan
fakta-fakta yang mungkin tidak pernah kita lakukan kalau kita tidak menulis.
3)
Lebih banyak menyerap, mencari,
serta menguasai informasi sehubungan dengan topik yag ditulis. Dengan demikian,
kegiatan menulis memperluas wawasan baik secara teoritis maupun mengenai
fakta-fakta yang berhubungan.
4)
Menulis berarti mengorganisasi
gagasan secara sistematik serta mengungkapkan secara tersurat. Dengan demikian,
permasalahan yang pemula masih samar menjadi lebih jelas.
5)
Melalui tulisan kita dapat menjadi
peninjau dan penilai gagasan kita secara objektif.
6)
Lebih mudah memecahkan masalah
dengan menganalisisnya secara tersurat dalam konteks yang lebih konkret.
7)
Dengan menulis kita aktif berpikir
sehingga kita dapat menjadi penemu sekaligus pemecah masalah, bukan sekedar
penyadap informasi.
8)
Kegiatan menulis yang terencana akan
membiasakan kita berpikir dan berbahasa secara tertib.
2.3 Cara
Membangun Budaya Membaca dan Menulis
A. Membangun Budaya Membaca dan Menulis
Budaya
membaca dan budaya menulis yang tinggi merupakan ciri sebuah negara yang maju.
Sementara di bangsa Indonesia, budaya membaca dan budaya menulis masih jauh
dari apa yang diharapkan bahkan masih tergolong sangat rendah. Budaya lisan dan
budaya dengar masih sangat kental menjadi bagian dari keseharian masyarakat
bangsa ini. Untuk merubah budaya lisan dan budaya dengar di negeri ini haruslah
dilakukan bersama dan dimulai dari nol, yaitu mulai dari diri sendiri.
Membaca
dan menulis merupakan bagian dari empat keterampilan berbahasa selain menyimak
dan berbicara. Di dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia, siswa
dituntut untuk dapat menguasai keempat aspek tersebut. Kurikulum yang
menjadi dasar dan acuan dalam pembelajaran pun mendesain siswa agar mampu dan
menguasai keempat aspek keterampilan berbahasa tersebut.
Dalam
pembelajaran dikelas sering dijumpai bacaan-bacaan panjang yang harus dibaca
siswa. Hal ini tentu saja untuk melatih siswa agar mau dan suka membaca, tapi
pada kenyataannya siswa justru enggan membaca karena siswa sudah merasa jenuh
melihat bacaan yang begitu panjang. Pada kasus ini peran guru sangat vital,
yaitu harus bisa mengarahkan siswa agar mau membaca. Guru dikatakan berhasil
jika siswa benar-benar mau membaca dan dapat memahami isi bacaan tersebut. Ini
bukan hal yang mudah, tapi sebagai guru hendaknya mempunyai strategi yang jitu
untuk mengatasi kasus ini.
Melihat
lebih jauh mengapa siswa atau anak-anak di negeri ini enggan membaca, yaitu
karena pendidikan keluarga yang kurang maksimal dalam mengajarkan anak agar mau
membaca di rumah. Hal ini tentu saja dipengaruhi banyak faktor, baik ekonomi,
pendidikan, status sosial maupun lingkungan keluarganya. Seharusnya bagi para
orangtua menerapkan kebiasaan membaca sedini mungkin pada anak-anak mereka,
misalnya melalui buku-buku cerita atau dongeng bahkan komik sekalipun. Selain
guru, peran orangtua di sini juga sangat vital yaitu harus mampu mengajarkan
dan menumbuhkan rasa gemar membaca pada anak-anak mereka.
Bunanta
menganjurkan, sedari kecil, anak-anak perlu didekatkan pada bacaan. Penelitian
Bloom mengungkapkan, saat berusia empat tahun, anak berada dalam periode suka
meniru perbuatan orang tuanya tanpa terkecuali. Jadi dapat diharapkan, jika
orang tua suka membaca, anak juga akan melakukan hal yang sama. Sebagai contoh,
jika sejak kecil anak sudah dibiasakan dengan bacaan (sastra), mereka akan
didekatkan dengan kehidupan manusia (Bunanta 2004: 85).
Dengan
membaca karya sastra seperti cerpen, puisi, dll., mereka akan belajar banyak
hal dan memuliakan perasaan (Kartono 2001:116). Dengan kebiasaan anak gemar
membaca maka dalam proses pembelajaran akan lebih maksimal. Siswa atau anak
yang gemar membaca pola pikir dan wawasan mereka pasti berbeda dengan siswa
yang enggan membaca. Pepatah bahwa membaca adalah jendela dunia tampaknya
memang benar adanya. Oleh karena itu, kebiasaan gemar membaca harus dipupuk
sedini mungkin mulai dari lingkungan keluarga agar di dalam diri anak tertanam
rasa gemar membaca. Rasa gemar membaca itulah yang harus dibudidayakan agar
tercipta budaya membaca di negeri ini.
Selain
budaya membaca, budaya menulis juga sangat penting. Hal ini karena budaya
membaca merupakan modal yang sangat penting dalam menulis. Jordan E. Ayan
menjelaskan bahwa membaca dapat memicu kreativitas. Buku mengajak kita
membayangkan dunia beserta isinya, lengkap dengan segala kejadian, lokasi, dan
karakter. Bayangan yang terkumpul dalam tiap buku yang melekat dalam pikiran,
membangun sebuah bentang ide dan perasaan yang menjadi dasar dari ide kreatif
(Hernowo 2003:37).
Padahal
salah satu faktor yang mendorong agar anak mempunyai minat menulis ialah
kebiasaan membacanya. Jadi, budaya membaca mempunyai peran penting dalam budaya
menulis. Dengan kata lain membaca dan menulis seperti dua sisi mata uang yang
tidak dapat dipisahkan. Oleh karena itu, untuk bisa menulis maka harus banyak
membaca dan inilah timbal balik antara menulis dan membaca. Kita menulis untuk
di baca dan kita membaca untuk dapat menulis dengan baik.
B. Menumbuhkan Rasa Percaya Diri Siswa
Percaya
diri adalah sebuah kekuatan yang luar biasa. Dia laksana reaktor yang
membangkitkan segala energi yang ada pada diri untuk mencapai sukses. Akan
tetapi, untuk meningkatkan rasa percaya diri pada anak atau siswa tidaklah
semudah membalikan telapak tangan. Bisa jadi karena metode yang digunakan oleh
orang tua kurang sesuai maka rasa percaya diri anak justru semakin lama semakin
pudar. Maka peran orang tua dalam usaha meningkatkan rasa percaya diri pada
anak sangat diharapkan. Rasa percaya diri pada anak akan berguna sepanjang
hidupnya. Itulah di antara hal yang akan dapat menguatkan motivasi pada
seseorang untuk tetap survive dalam kondisi yang berat. Ketika
problematika sosial semakin kompleks maka rasa percaya diri akan semakin
memegang perannya yang penting.
Berkaitan
dengan budaya membaca dan menulis, permasalahan yang sering dijumpai pada
anak-anak atau siswa adalah rasa percaya diri yang kurang. Hal ini tentu saja
berpengaruh terhadap proses pembelajaran di kelas. Fenomena ini sangat jelas
terlihat pada saat ujian baik itu ujian sekolah maupun ujian akhir nasional.
Oleh karena siswa tidak mempunyai rasa percaya diri yang kuat dan tidak yakin
dengan kemampuan dirinya, maka mereka cenderung menyontek pada teman yang
dinilai bisa atau pintar. Kebiasaan menyontek ini tidak hanya pada saat ujian
saja, tapi pada saat mengerjakan tugas atau PR yang diberikan oleh guru.
Kebiasaan inilah yang kemudian membudaya dan menjadi budaya, yaitu budaya
menyontek.
Selain
itu, jika ada siswa yang gemar membaca justru kadang diolok oleh teman-temannya
sendiri dengan mengatakan “Hay kutu buku!”atau “Si Culun!”atau “Si
kaca mata kuda!” atau dengan julukan lain yang pada intinya merendahkan
atau mengejek. Memang hal ini sangat ironis, gemar membaca adalah hal yang
sangat positif, tapi di sisi lain kegemaran itu menjadi sebuah ejekkan yang
pada akhirnya menimbulkan rasa kurang percaya diri. Rasa percaya diri ini juga
terlihat pada siswa yang gemar menulis baik itu karangan, puisi, atau cerpen
yang tidak mau mempublikasikannya dengan alasan malu atau tidak percaya diri.
Berdasarkan
contoh di atas dapat disimpulkan bahwa rasa percaya diri siswa masih sangat
kurang. Padahal rasa percaya diri ini sangat penting untuk perkembangan mental
dan fisiknya karena rasa percaya diri akan berguna selama hidupnya. Siswa yang
percaya diri cenderung akan lebih mampu dari pada siswa yang selalu minder baik
dalam proses pembelajaran maupun dalam pergaulan di sekolah.
Penelitian
membuktikan bahwa kesuksesan anak di masa depan baik itu di sekolah ataupun
karirnya terjadi karena dia percaya akan kemampuannya. Unsur ini lebih besar
mempengaruhi dari pada kecerdasan, penghasilan keluarga, bahkan latar belakang
budaya. Maksud dari percaya diri bukan berarti sombong dan orang lain tak ada
apa-apanya, arti sebenarnya adalah bagaimana siswa bisa menghargai diri siswa
sendiri dan kemampuan yang dimiliki.
Jika
menengok lebih dalam, kiranya lengkap sudah citra buruk dunia pendidikan di
negeri ini dengan budaya membaca dan menulis yang rendah ditambah lagi dengan
budaya menyontek yang luar biasa maraknya serta rasa percaya diri siswa yang
memperihatinkan. Oleh karena itu, rasa percaya diri siswa harus ditumbuhkan
sedini mungkin agar menjadi siswa yang optimis. Berikut beberapa cara untuk
menumbuhkan rasa percaya diri siswa.
1)
Mulai
dari diri sendiri.
Jadilah
orangtua yang optimis dan jangan banyak mengeluh. Orangtua yang percaya diri
tercermin dari perkataan dan perbuatannya, segala sesuatu yang terjadi pasti selalu
ada hikmahnya.
2)
Abaikan Hal Kecil
Jangan
membebani diri dengan hal-hal kecil yang tidak ada gunanya. Setiap anak pasti
akan melakukan kesalahan, tapi bila selama itu bisa ditolerir dan diperbaiki
terima saja kesalahan tersebut. Dari sebuah kesalahan sang anak akan banyak
belajar. Biarkan anak menyelesaikan masalahnya dengan cara dia sendiri, bila
diminta pendapat barulah orangtua menanggapi dengan bijak dan tak menghakimi.
3)
Berpikir
Positif
Melihat
segala sesuatu dari sudut pandang yang positif. Jangan membiasakan diri
terbakar emosi, tapi berusaha lah untuk senyum dan belajar sedikit untuk
melupakan dan akhirnya merasa lega.
4)
Memberikan
Pujian
Berilah
pujian pada anak bila ia sudah melakukan hal yang baik, mendapat prestasi,
hargai hal-hal kecil yang sudah diraihnya. Dengan memberikan pujian anak akan
menjadi semangat untuk bisa melakukannya lagi. Tak masalah memuji selama tak
berlebihan karena ini bagus untuk perkembangannya.
5)
Setiap Orang Berbeda
Jangan
pernah mencoba untuk membandingkan antara anak yang satu dengan yang lain
sekalipun bersaudara atau kembar sekalipun. Setiap anak mempunyai karakter yang
berbeda dan spesial. Dibandingkan dengan anak lain akan membuat mereka menjadi
kecil hati dan sensitif.
6)
Berikan
Kesempatan untuk Memutuskan
Membiasakan
anak untuk berani berpendapat, berdebat, mempertahankan prinsip memberikan
kesempatan anak untuk mengambil keputusan, dan melibatkan anak dalam pemecahan
masalah. Tentu koreksi dari orangtua tetap diperlukan.
7)
Bebas Berekspresi
Terbiasa berpendapat
bisa menumbuhkan anak untuk bebas berekspresi. Misalnya, jangan pernah melarang
anak untuk menangis karena dia anak laki-laki atau tertawa lepas karena dia
anak perempuan. Menghardik bukan solusi yang tepat untuk menghentikan luapan
emosi anak. Biarkan anak untuk menunjukkan ungkapan-ungkapan emosinya menurut
caranya, justru cara ini bisa menumbuhkan rasa percaya diri anak.
Melalui
ketujuh tips di atas diharapkan rasa percaya diri siswa dapat tumbuh. Peran
orangtua, guru, dan lingkungan sangat mempengaruhi perkembangan dan rasa
percaya diri siswa. Oleh karena itu, baik orangtua maupun guru harus
benar-benar memperhatikan perkembangan anak agar anak mempunyai sikap dan rasa
percaya diri yang kuat sehingga lebih berkarakter.
C.
Pendidikan
Karakter Bangsa
Pendidikan karakter,
sekarang ini mutlak diperlukan bukan hanya di sekolah
saja, tapi di rumah dan di lingkungan sosial. Bahkan sekarang ini peserta pendidikan karakter
bukan lagi anak usia dini
hingga remaja, tetapi juga usia dewasa. Pendidikan karakter sangat mutlak
dibutuhkan untuk kelangsungan hidup bangsa ini. Bagaimanapun juga, karakter
adalah kunci keberhasilan individu.
Dari
sebuah penelitian di Amerika, 90 persen kasus pemecatan disebabkan oleh
perilaku buruk seperti tidak bertanggung jawab, tidak jujur, dan hubungan
interpersonal yang buruk. Selain itu, terdapat penelitian lain yang
mengindikasikan bahwa 80 persen keberhasilan seseorang di masyarakat ditentukan
oleh emotional quotient. Karakter merupakan
nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri
sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam
pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma
agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.
Bagi bangsa Indonesia sekarang ini, pendidikan karakter
juga berarti melakukan usaha sungguh-sungguh, sistematik dan berkelanjutan
untuk membangkitkan dan menguatkan kesadaran serta keyakinan semua orang
Indonesia bahwa tidak akan ada masa depan yang lebih baik tanpa membangun
dan menguatkan karakter
masyarakat Indonesia. Dengan kata lain, tidak ada masa depan yang lebih baik
yang bisa diwujudkan tanpa kejujuran, tanpa meningkatkan disiplin diri, tanpa
kegigihan, tanpa semangat belajar
yang tinggi, tanpa mengembangkan rasa tanggung jawab, tanpa memupuk persatuan
di tengah-tengah kebinekaan, tanpa semangat berkontribusi bagi kemajuan
bersama, serta tanpa rasa percaya diri dan optimisme. Inilah tantangan bangsa
Indonesia untuk membentuk karakter generasi-generasi muda yang kelak menjadi
penerus bangsa.
Roosevelt
mengatakan “To educate a person in mind and not in morals is to educate a
menace to society” yang artinya mendidik seseorang dalam aspek kecerdasan
otak dan bukan aspek moral adalah ancaman mara-bahaya kepada masyarakat.
Maksudnya adalah jika dalam pendidikan hanya mengajarkan ilmu pengetahuan untuk
kecerdasan otak tanpa diimbangi dengan pendidikan moral adalah sebuah bencana
besar karena siswa akan menggunakan kecerdasannya dalam hal apapun baik itu hal
baik maupun hal buruk. Jika siswa tidak mampu mengendalikan diri dengan
kecerdasan yang dimilikinya dan tidak mempunyai pondasi yang kuat maka siswa
itu akan semena-mena dan semaunya sendiri. Oleh karena itu, pendidikan karakter
bertujuan untuk memberikan pondasi moral terhadap siswa sebagai bekal dalam
menghadapi tantangan zaman.
Berbicara
pendidikan karakter memang sangat rumit. Jika watak orang sudah terbentuk maka
sekeras apapun usaha untuk merubah watak orang tersebut sangat sulit. Hal inilah
yang menjadi dasar bahwa pendidikan karakter harus dilakukan sedini mungkin
agar sifat atau watak yang tidak baik dapat segera diluruskan, sehingga dapat
terbentuk karakter yang kuat dari anak.
Jika
semua anak dan masyarakat di Indonesia berkarakter kuat maka bangsa ini akan
menjadi bangsa yang maju dan besar. Tidak akan terjadi masalah kecurangan,
kebohongan, korupsi, atau kriminal jika masyarakatnya memegang teguh prinsip
dan dilandasi dengan karakter yang kuat. Jadi, pendidikan untuk pembentukan karakter
bangsa harus benar-benar diupayakan demi terciptanya generasi penerus bangsa
yang berkarakter. Itulah pentingnya pendidikan karakter bangsa baik dalam dunia
pendidikan, sosial, pemerintahan, bahkan di lingkup keluarga sekalipun.
D.
Konservasi
Bahasa dan Sastra Indonesia
Konservasi
itu sendiri berasal dari kata Conservation yang terdiri atas kata con
(togeth er) dan servare (keep/save) yang memiliki
pengertian mengenai upaya memelihara apa yang kita punyai (keep/save what
you have), namun secara bijaksana (wise use). Ide ini dikemukakan
oleh Roosevelt (1902) yang merupakan orang Amerika pertama yang mengemukakan
tentang konsep konservasi. Konservasi dalam pengertian sekarang, sering
diterjemahkan sebagai the wise use of nature resource (pemanfaatan
sumber daya alam secara bijaksana).
Berawal
dari Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928, bahasa Indonesia mempunyai fungsi majemuk,
menjadi bahasa persatuan, bahasa negara, bahasa penghubung antar individu,
bahasa pergaulan, dan yang tak kalah penting sebagai bahasa pengantar di semua
sekolah di Indonesia.
Bangsa Indonesia dilatarbelakangi oleh
berates-ratus suku bangsa yang masing-masing mempunyai bahasa daerah yang
menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua. Walaupun masih banyak orang
menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua, sekarang makin banyak
menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama. Oleh karena itu,
pemerintah menetapkan bahwa bahasa Indonesia sesuai dengan Undang-Undang Sistem
Pendidikan Nasional merupakan mata ajaran wajib bagi seluruh peserta didik di
semua jalur dan jenjang pendidikan formal (Rahayu 2007:xii).
Jadi,
bahasa Indonesia mempunyai peranan sangat penting baik sebagai alat komunikasi
dan bahasa nasional juga merupakan identitas dan jati diri bangsa. Oleh karena
itulah, mata pelajaran bahasa Indonesia wajib diajarkan di semua jalur dan
jenjang pendidikan. Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu, yaitu salah
satu bahasa daerah di Indonesia.
Di
dalam dunia pendidikan selain siswa wajib mempelajari bahasa Indonesia, siswa
juga mempelajari sastra Indonesia yang merupakan warisan leluhur bangsa. Hal
ini dimaksudkan agar siswa dapat mengenali budaya-budaya bangsa baik dalam
bahasa maupun sastra yang merupakan warisan kekayaan bangsa Indonesia agar
tetap terjaga kelestariannya. Mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia
diajarkan mulai dari tingkat terendah (TK) sampai diperguruan tinggi. Bahkan
bahasa Indonesia termasuk dalam Mata kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)
bersama-sama dengan Pendidikan Agama dan Pendidikan Kewarganegaraan.
Kembali
ke konservasi, maka konservasi bahasa dan sastra Indonesia merupakan suatu
usaha untuk melestarikan kebudayaan baik dalam aspek bahasa maupun sastra
Indonesia. Berkaitan dengan budaya membaca dan menulis, konservasi bahasa dan sastra
Indonesia juga memegang peranan penting. Peranan penting inilah yang menjadikan
mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia wajib dipelajari oleh semua jenjang
pendidikan. Budaya membaca dapat ditumbuhkan melalui pelajaran bahasa dan
sastra Indonesia, begitu juga dalam menumbuhkan budaya menulis siswa.
Selain
sebagai pendukung budaya, bahasa dan sastra Indonesia juga merupakan ajang
kreativitas siswa baik dalam bidang bahasa atau sastra. Misalnya, siswa yang
berbakat menulis kemampuan menulisnya dapat lebih digali melalui pembelajaran
menulis. Begitu juga dengan siswa yang berbakat di bidang lain seperti
berbicara dan kemampuan berbahasa lainnya atau juga dalam kemampuan bersastra.
Jadi, selain sebagai ajang kreativitas pelajaran bahasa dan sastra Indonesia
juga merupakan pelajaran pengembangan kepribadian. Dengan kata lain, pelajaran
bahasa dan sastra Indonesia berperan sangat penting dalam melestarikan budaya
serta dalam pendidikan karakter bangsa.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Dari hasil apa yang telah dibahas dalam
pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.
1)
Untuk
membangun bangsa yang gemar membaca dan menulis harus diberikan pengertian
terlebih dahulu manfaat membaca dan menulis secara umum. Agar masyarakat
mengetahui seberapa pentingnya membaca dan menulis dalam membentuk individu
yang berkarakter.
2)
Dalam
upaya menciptakan budaya membaca dan menulis di masyarakat haruslah dimulai
sedini mungkin. Tidak hanya itu, kita perlu memperhatikan aspek-aspek penting
lainnya seperti menumbuhkan kepercayaan diri terhadap anak, membuat pendidikan
berkarakter khusunya dalam membaca dan menulis, dan melakukan konservasi bahasa
dan sastra indonesia yang menjadi media utama dalam tulisan-tulisan.
3.2 Saran
1)
Semoga
dengan adanya makalah ini kita menjadi lebih sadar akan petingnya membaca dan
menulis dalam membangun bangsa maju. Serta minat membaca dan menulis masyarakat
semakin tinggi.
2)
Kritik dan saran dari pembaca sangat
diharapkan demi kesempurnaan penulisan makalah di kemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA
Hengki Krtistian
Toateng.Cara Membuat Makalah yang Baik
dan Benar. Belajar Menjadi Blogger. 21 Maret 2015 [dikutip 14 Oktober
2015]. Tersedia dari : http://hengkikristiantoateng.blogspot.com/2014/02/cara-membuat-makalah-yang-baik-dan-benar.html
Skipnesia. Contoh Kata Pengantar Makalah yang Baik
Terbaru . [dikutip 14 Oktober 2015] Tersedia dari : http://www.skipnesia.com/2014/10/contoh-kata-pengantar-makalah-yang-baik.html
Arti Kata. Definisi membangun. Arti kata. [dikutip
14 Oktober 2015] Tesedia di : http://artikata.com/arti-358998-membangun.html
Zona Siswa. Pengertuan Bangsa. Zona Siswa. 1 Juli
2014. [dikutip 14 Oktober 2015]. Tersedia dari : http://www.zonasiswa.com/2014/07/pengertian-bangsa.html
Kajian Pustaka. Pengertian dan Hakikat Membaca. 15
Januari 2014 [ dikutip 14 Oktober 2015]. Tersedia dari : http://www.kajianpustaka.com/2014/01/pengertian-dan-hakikat-membaca.html
Pengertian Ahli.
Pengertian Menulis dan Tujuan Menulis.
Kumpula Pengertian Menurut Para Ahli. [ dikutip 14 Oktober 2015] Tersedia dari
: http://www.pengertianahli.com/2014/01/pengertian-menulis-dan-tujuan-menulis.html
Bunda Kasih. Membaca untuk Menulis. 5 April 2014
[dikutip 14 Oktober 2015]. Tersedia dari : http://bundakasih78.blogspot.co.id/2014/04/membaca-untuk-menulis.html
Meilan Arsanti. Membangun Budaya Membaca dan Menulis. 16
Desember 2011 [dikutip 14 Oktober 2015]. Tersedia dari : http://meylanarzhanty.blogspot.co.id/2011/12/membangun-budaya-membaca-dan-menulis.html
Mobelos. Contoh kesimpulan dan Saran Pada Makalah dan
Laporan. Contoh Artikel Terbaru. 10 Mei 2015 [ dikutip 14 Oktober 2015].
Tersedia dari : http://mobelos.blogspot.co.id/2014/12/contoh-kesimpulan-dan-saran-pada.html
Lentera Kecil. Penulisan Daftar Pustaka dari Internet. Lentera
informasi pendidikan dan pengetahuan Indonesia. 1 November 2013. [dikutip 14
Oktober 2015]. Tersedia dari : http://lenterakecil.com/penulisan-daftar-pustaka-dari-internet/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar